Sekarang korek lubang isap dan
buang di kepala silinder jadi mudah. Karena ditunjang flowbench yang
bisa mengukur mendekati debit gas bakar sebenarnya.
Namun bukan
berarti yang tidak punya flowbench harus tenggelam. “Berdasarkan
pengukuran dengan flowbench bisa diambil beberapa pelajaran,” jelas Tomy
Huang, bos BRT yang sudah lama memiliki alat ukur canggih itu.
Misalnya
zaman dulu ketika mengorek lubang isap. Selalu membuang bos klep yang
nongol di tengah lubang. Katanya menghalangi laju gas bakar. Makanya
perlu dipangkas.
Padahal, setelah menggunakan flowbench tidak
perlu dipangkas. “Yang penting target cfm (cubic feet per minute) yang
diinginkan sudah tercapai,” jelas Pak Tomy.
Jadi, apabila angka
cfm yang dimau sudah didapat, lebih baik bos klep tidak perlu dipangkas.
“Supaya klep tidak cepat oblak,” saran Pak Tomy.
Namun akibat
mempertahankan bos klep, kudu membuang bagian yang lain. Supaya mempu
menggantikan bagian yang termakan bos klep itu.
Dari hasil
pengukuran menggunakan flowbench, tidak boleh sembarang memapas lubang
porting. Kalau salah akan mengurangi kevakuman atau daya isap dari
lubang silinder.
Menurut Pak Tomy, untuk menggantikan ruang
akibat termakan bos klep bukan hanya sisi sampingnya yang dikikis. Tapi,
dibuatkan jalur khusus di sisi samping yang lebih dalam. Lebih jelas
lihat gambar.
Satu lagi langkah yang bisa dilakukan. Kalau
memporting versi lama sering menambal bagian yang cekung di bawah bos
klep. Biasanya ditambal lem porting. Tapi, sekarang justru dibikin
cekung atau melingkar mengikuti bulatan sitting klep.
Karena
membulat sebesar sitting klep, laluan gas bakar jadi besar. Bentuk
seperi ini persis porting bawaan pabrik. Cekung di bawah bos klepnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar